Jumat, 22 April 2011

CITIZEN JURNALISTIK : DALAM PERANAN MEMBANTU MEDIA SEBAGAI SARANA INFORMASI YANG CEPAT

Masih ingat, saat salah seorang warga merekam vidio tentang bencana Tunami Aceh pada tahun 2006 lalu? Sangat membuka mata mana kala seorang wartawan tidak bisa menampilkan kejadian. Di era dimana peralatan komunikasi, data dan informatika sudah semakin canggih, setiap orang dengan mudah dapat menjadi seorang Pewarta, yang tidak lain adalah juga merupakan jenis dari Wartawan.
Perkembangan sosial media, baik itu mikroblogging atau blog yang bisa menyajikan konten berupa tulisan, photo, dan video bisa menjadi sarana warga untuk menjadi jurnalis. Sehingga kini Siapa yang berpikir bahwa sebuah berita hanya dikuasai oleh seorang jurnalis? Tentunya tidak. Saat ini didukung pula dengan perkembangan teknologi dan demokrasi modern, terdapat istilah “Semua Orang Bisa Berbicara”.
Mungkin masyarakat awam kurang mengerti tentang istilah ini, tapi sebagai mahasiswa paling tidak kita mengerti apa yang di maksud dengan Citizen Jurnalisme. Ada dua istilah yang perlu dipahami terlebih dahulu agar tidak menimbulkan kerancuan. Pemahaman yakni tentang new media (media baru) dan mainstream media (media utama) dengan citizen journalism (jurnalisme warga negara) dan civic journalism (jurnalisme publik). Media utama menunjuk pada saluran komunikasi massa lama seperti surat kabar, majalah, tv, radio, dan sejenisnya, sementara media baru menunjuk pada jaringan internet. Citizen journalism sering juga disebut dengan participatory journalism, netizen, open source juornalism dan grassroot journalism. Baik citizen journalism dan civic journalism menjadikan masyarakat “bahan utamanya”. Hanya dalam civic journalism masyarakat didudukkan sebagai objek, sementara dalam citizen journalism masyarakat didudukkan sebagai objek sekaligus subjek.
Shayne Bowman dan Chris Willis lantas mendefinisikan citizen journalism sebagai ‘…the act of citizens playing an active role in the process of collecting, reporting, analyzing, and disseminating news and information”.
Hal ini membukkankan kenyataan, bahwa peluang untuk menulis sangat terbuka bagi siapa pun. Karena kita dapat mengumpulkan dan melaporkan berita dalam bentuk forum atau pun jejaring sosial kapan pun dan dimana pun kita berada. Dan dengan kita sadari atau pun tidak, berita-berita yang kita informasikan dapat menarik banyak pihak untuk membaca, terlebih jika berita itu masih baru dan dikemas dengan kreatif. Hal inilah yang sebenarnya memberikan peluang untuk kita menjadi terkenal. Ini di dukung pula atas Media berita konvesional itu terbatas dalam jumlah jurnalisnya, sehingga kadang ada peristiwa yang tak bisa terliput. Dan warga atau citizen itu ada dimana-mana yang kadang bisa melihat suatu peristiwa secara langsung. Warga atau citizen bisa menjadi sumber informasi dan penyebar informasi.
“Semua Orang Bisa berbicara” merupakan esensi dari Citizen Journalism dengan mempunyai banyak alternatif berita dan perspektif tentang sebuah hal dari berbagai pihak. Perkembangan kemajuan dan tantangan global mendorong kita untuk selalu giat dalam mencari informasi dari dunia luar. Tantangan untuk media utama dalam hal ini sebenarnya adalah karena belum banyak media-media utama yang membuka rubik Citizen Jurnalisme di medianya. Media media yang telah memberikan ruang kepada Citizen Jurnalisme di antaranya http://blog.liputan6.com/ milik SCTV, Kompas hadir dengan Kompasiana http://www.kompasiana.com/ dan masi banyak lagi media yang telah menyediakannya.
Menulis dalam gaya citizen jurnalistik tidak perlu terlalu ribet dan susah di bandingkan dengan gaya tulisan seorang wartawan karena gaya tulisan yang luwes dari para citizen jurnalistik akan lebih mudah di pahami. Kini era jurnalisme bukan hanya melulu milik wartawan, tapi semua orang bisa, tanpa harus mahir asalkan berita yang ia peroleh itu sesuai kaidah jurnalisme makan tentu akan menarik banyak perhatian orang. (surya – di kutip dari beberapa sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar